Widget HTML Atas

Mengenal "Ugamo Malim" Kepercayaan Lokal Terbesar Suku Batak

Istilah "Parmalim" mungkin saja belum pernah Anda dengar sebelum ini, apalagi jika Anda berada dan tinggal di luar Provinsi Sumatera Utara. Ya, kepercayaan lokal yang banyak dianut oleh Suku Batak, sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum samawi dan lainnya muncul dan menyebar secara luas di Tanah Air.


ugamo malim di huta tinggi laguboti

Sejarah Ugamo Malim

Ugamo Malim didirikan oleh seorang raja di Tanah Batak yang menyandang status sebagai pahlawan nasional, ia memiliki nama Raja Sisingamangara. Sosok ini terkenal karena kegigihan dan perjuangan yang dikobarkan, menjadi motor penggerak bagi masyarakat Batak demi menghalau Belanda di era kolonial kala itu.

Berdasarkan literasi kebudayaan, Ugamo Malim muncul sebagai benteng pertahanan akibat dari keresahan Raja Sisingamangaraja, sebuah gerakan spiritual sekaligus pengukuhan kepercayaan kuno untuk membentengi orang Batak dari kehadiran misionaris yang membawa agama baru yang populer dengan istilah gospel.

parmalim saat perayaan hari besar
Asal Muasal Kata Parmalim
'Par' dalam kosa-kata Suku Batak memiliki arti: "orang yang melakukan, mempercayai sesuatu hal." Sedangkan Malim berasal dari bahasa Melayu Pesisir yang berarti: "pintar dalam permasalahan mengenai agama,"

Lokasi
Ugamo Malim saat ini tersebar di berbagai kabupaten yang didominasi Suku Batak dan berpusat di Desa Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.

Lihat Juga: Kisah Boru Naitang dan Ina Naiborning

Ajaran Agama Malim
Layaknya agama lain di Indonesia bahkan di dunia, Parmalim juga memiliki tatanan yang sangat bagus. Ugamo Malim diketahui mengusung prinsip Dalihan Na Tolu (Tungku Nan Tiga), mengatur hubungan baik antar sesama manusia, serta bagaimana mempersembahkan hidup kepada Debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan)

Pengikut Parmalim 
Hingga saat ini, Parmalim telah dianut oleh 1.500 keluarga dengan jumlah sekitar 8.000 jiwa. 

Peribadatan Agama Parmalim
Bale Parpitaan adalah tempat dimana seseorang ingin mempersembahkan sajian sedangkan Pangaminan adalah tempat peribadatan bagi umat Ugamo Malim 

perayaan sipaha lima ugamo malim
Mengenal "Bale Pasogit" Rumah Ibadah Parmalim
Bernama Bale Pasogit, bangunan peribadatan agama Parmalim selalu ditandai lambang berupa 3 ekor ayam. Ketiga lambang tersebut mempunyai makna bahwa ada 3 partondian (keimanan) diturunkan oleh Debata Mula Jadi Nabolon kepada orang Batak yakni: "Batara Guru", "Debata Sori" dan "Bala Bulan".

Hari-Hari Besar yang Dirayakan
Agama lokal Batak ini mengenali beberapa istilah untuk hari besar (hari keagamaan) yakni Marari Saptu, sebuah acara keagamaan yang diselenggarakans setiap hari Sabtu.
- Parningotan Hahitubuon Ni Tuhan atau disebut juga Sipaha Sada dan Pameleon Bolon (Persembahan Besar).
- Upacara Sipahama Lima merupakan salah satu hari besar agama Parmalim. Upacara yang kerap dibuka untuk wisatawan asal mematuhi aturan wajib ini diadakan pada bulan ke-5, disesuaikan pula berdasarkan Penanggalan versi Batak (Pustaha Batak). Sipaha Lima merupakan perwujudan dari rasa syukur para penganut Ugamo Malim kepada Debata Mula Jadi Na Bolon atas segala rejeki yang telah dilimpahkannya.
Aturan yang Harus Dipatuhi oleh Parmalim
- Patuh terhadap 5 patik (5 titah) Ugamo Malim
- Mengadakan ritual Martutu Aek yakni ritual memandikan balita setelah usianya mencapai satu bulan.
- Pasahat Tondi: ritual yang dilakukan setelah sebulan saat kematian, dll
- Penganut Ugamo Malim juga tidak diperkenankan mengkonsumsi makanan dari daging dan darah hewan.
-  Selain itu, mereka juga dilarang untuk melakukan penebangan pohon secara sembarangan.

Update

Artikel terkait "Mengenal "Ugamo Malim" Kepercayaan Lokal Terbesar Suku Batak" sudah diperbaharui pada (05/02/2019).

Malim, agama lokal terbesar di tengah Suku Batak ini memang belum diakui sepenuhnya oleh negara dan digolongkan sebagai kebudayaan. (AN/PSN)*