Masjid Bengkok Wisata Religi Di Medan
travelingmedan/pilgrim/antz - Berwisata Religi ke Kota Medan adalah salah satu pilihan lainnya, selain terkenal sebagai kota kuliner, Medan juga memiliki nilai historis dan eksistensi keberagaman umat beragama yang tolerant semenjak dulu kala.
Masjid Bengkok adalah mesjid tertua kedua di Medan setelah Masjid Al-Osmani. Masjid dengan perpaduan arsitektur Tionghoa ini memang tidak seperti Mesjid Raya yang pamornya sudah begitu kental di telinga masyarakat.
Lokasi Masjid Bengkok
Jalan Masjid, Kelurahan Kesawan Medan
Kecamatan Medan Barat
Sumatera Utara
Sejarah Mesjid Bengkok
Perkembangan agama Islam di kota Medan mengalami pertumbuhan pesat tatkala terbukanya pintu akses dari kota Barus - Tapanuli Tengah terhadap bangsa-bangsa lain. Seiring dengan pertumbuhan tersebut Medan juga semakin berkembang, pusat perekonomian dan kesultanan Deli yang juga mencapai kejayaannya. Pendiri Masjid Bengkok adalah seorang dermawan Tionghoa yang sudah sejak dulu tinggal dan menetap di kota Medan, didirikan pada tahun 1890 oleh Tjong A Fie. Tonggak sejarah perkembangan agama Islam di Medan sebenarnya dimulai pada saat Mesjid ini mulai berdiri.
emberian nama Mesjid Bengkok tak lepas dari sejarahnya, dimana saat mulai pembangunan mesjid hingga selesai, tepat di depan bangunan terdapat gang atau tikungan tajam.Kesultanan Deli dan Tjong A Fie juga tidak memberi nama terhadap mesjid ini, hingga akhirnya masyarakat sekitar memberinya nama mesjid Bengkok. Tanah dimana mesjid ini berada merupakan wakaf dari datuk Kesawan (H. Mohammad Ali)
Arsitektur Mesjid Bengkok
Mesjid ini lebih dikenal dengan nama Mesjid Gang Bengkok, arsitektur bangunan exteriornya sangat unik. Sentuhan ornament bernuansa Cina, Romawi, Persia dan Melayu menjadi suguhan yang menarik ketika anda melihat dari luar, termasuk gerbang bertuliskan nama untuk mesjid tertua kedua di Medan ini. Keunikan mesjid ini juga sangat berbeda dengan mesjid pada umumnya, tak ada sedikitpun sentuhan huruf kaligrafi baik didalam maupun diluar bangunan. Mesjid ini terlihat lebih seperti klenteng, Hal ini menjadi sebuah gambaran jelas bagi kita betapa besarnya rasa toleransi dan pembauran masyarakat kota Medan dahulu, bagaimana dengan sekarang? (Antonius Naibaho)