Widget HTML Atas

Makna Mangulosi Bagi Suku Batak


pariwisataSUMUT.Net - Mangulosi, siapa yang sudah pernah mendengar? atau kamu adalah bagian dari suku Batak?. Mangulosi berasal dari kata ulos, sebuah kain tenun tradisional suku Batak yang telah ada semenjak jaman dahulu kala. Berbeda dengan kain tenun dari daerah lain, ulos tidak hanya memiliki nilai fungsi dan estetika akan tetapi memiliki makna juga arti di setiap upacara/ritual adat suku Batak.

Ada lebih dari 20 jenis ulos, masing-masing memiliki fungsi berbeda. Sebut saja ulos ragi hotang yang saat ini tengah digandrungi di industri fashion Indonesia apalagi setelah Najwa Shihab, seorang presenter di salah satu TV swasta nasional menggunakan ulos ragi hotang sebagai bahan dasar blous yang dikenakannya. Ulos memang tergolong unik, oleh karena itu pula para pemerhati budaya Batak mengajukannya sebagai salah satu benda warisan nasional. 

Pembuatan Ulos pada zaman dahulu dikerjakan secara konvensional. Semakin rumit motif dan semakin banyak ragam benang yang digunakan maka semakin lama pula pembuatan Ulos. Sebab itu mengapa harga ulos tenun asli, menggunakan alat tradisional, memiliki harga cukup mahal. Tetapi seiring perkembangan zaman, pengerjaan ulos telah dilakukan oleh industri textil sehingga harga ulos jauh lebih murah. Akan tetapi ada istilah yang kerap kita dengar bila ingin membeli sesuatu: "ada kualitas, ada harga" maka tak jarang, mereka yang memiliki kecintaan akan ulos rela merogoh kocek dalam-dalam. Kisaran harga Ulos yang pengerjaannya dilakukan secara konvensional mulai dari Rp. 300.000 hingga Rp. 3.000.000. 

Orang Batak gemar berpesta, istilah ini kerap dihaturkan. Wajar saja, karena dalam satu minggu, satu keluarga Batak dapat menghadiri 2-3 pesta. Pesta bagi orang Batak bukan hanya sebatas seremonial saja. Pesta tidak identik dengan kebahagiaan akan tetapi juga kesedihan.Salah satu benda yang wajib dikenakan oleh suku Batak bila menghadiri Pesta adalah Ulos, lain lagi Ulos yang akan diberikan kepada pihak yang mengadakan pesta. Jadi jangan salah, orang Batak bila menghadiri Pesta terutama di upacara/ritual pernikahan selalu membawa ulos lebih dari satu. 

Mangulosi adalah memberikan ulos kepada pihak yang mengadakan pesta dengan cara meletakkannya di pundak, nah yang ini bila tengah menghadiri upacara suka. Sedangkan bila menghadiri pesta duka, maka ulos biasanya diletakkan ditubuh jenazah. Memberikan ulos juga bukan asal-asalan, harus pula disesuaikan untuk siapa ulos tersebut akan diberikan.

Makna Mangulosi, memberikan ulos kepada seseorang bagi suku Batak diantaranya:
1. Sebagai pertanda ikut serta berbahagia bila pesta suka atau juga ikut berbelasungkawa bila pesta duka.
2. Sebagai ucapan terimaksih kepada pihak-pihak tertentu yang memiliki peranan dalam pesta tersebut.
3. Sebagai tanda ikut memberikan berkat bagi yang mengadakan pesta, misal: memberikan ulos di pesta perkawinan. Sebagai pengantin baru tentu saja kedua mempelai baik lelaki maupun perempuan mengharapkan doa dari setiap undangan terutama pihak parboru (keluarga dari mempelai perempuan) dan pihak paranak (keluarga dari mempelai lelaki). Melalui ritual mangulosi, para undangan baik pihak paranak dan parboru memberikan doa dan ridho kepada mempelai.
4. Sebagai sebuah tradisi turun temurun yang harus dilakukan. Tak jarang keluarga yang tidak memberikan ulos kepada pihak yang mengadakan pesta mendapatkan sangsi dari masyarakat terutama bila silsilah kekerabatan diantaranya masih dekat. Dang maradat atau dalam bahasa Indonesianya "tidak beradat" adalah istilah yang paling menyakitkan dalam kebudayaan Batak. 

Mangulosi tentu saja menjadi kekayaan budaya Batak dan juga Indonesia yang patut untuk diwariskan ke anak-cucu kita. Makna Mangulosi yang tidak hanya sekedarnya saja akan membuat kita mengerti akan arti sebuah kehidupan, bagaimana menghargai orang lain, bagaimana ikut serta hanyut dalam situasi suka maupun duka. Kamu sudah pernah Mangulosi?. Salam Sejuta Manikam Pariwisata Sumatera Utara. Salam Peduli Pariwisata Sumut. Oleh: Antonius Naibaho