Istana Darul Arif, Replika Kediaman Kesultanan Serdang
Peralihan sistem pemerintahan, perubahan zaman, ditaklukkan penguasa hingga peperangan sering kali menjadi beberapa sebab punahnya suatu kerajaan. Dan bisa dikatakan, Kesultanan Serdang yang memiliki Istana Darul Arif yang terletak di Kota Galuh, Sergei ini merupakan salah satu bukti konkrit dari fenomena itu.
Berada di Jalinsum, Komplek Kantor Bupati Sergei. Pada dasarnya, Istana Darul Arif adalah bangunan yang difungsikan sebagai tempat kediaman oleh keluarga Kesultanan Serdang dari tahun 1889 hingga 1946. Dulunya didirikan di daerah Desa Kota Galuh.
Namun banyak yang salah kaprah mengenai Istana Darul Arif Serdang Bedagai, hanya sedikit orang yang mengetahui jika bangunan berbentuk rumah panggung dan berwarna kuning tersebut bukanlah bangunan yang asli, tetapi hanya replika istana Kesultanan Serdang semata.
Bahkan, Istana Darul Arif yang orisinil pun tak lagi bisa dinikmati. Namun, dikutip dari beberapa sejarawan Sumatera Utara, mereka menggambarkan bahwa istana yang dulunya terletak di komplek Kraton Kota Galuh sebagai rumah dengan segala kemegahan.
Bila diamati dari hasil gambar tempo dulu, terlihat sekali jika Istana ini dibangun sebagaimana laiknya corak rumah adat Melayu. Memiliki desain rumah panggung dan terdiri dari 3 lantai. Selain arsitekur khasnya itu, istana juga punya jendela berukuran besar, berinterior kuno dan memiliki atap berbentuk semi kubah.
Lantas, kenapa Istana Darul Arif yang asli tidak ada lagi?
Dilansir dari kebudayaankesenianindonesia disebutkan hancurnya istana yang dibangun pada 29 Juli 1889 oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah tersebut masih ada hubungannya dengan gerakan Revolusi Sosial Sumatera Timur yang terjadi pada tahun 1946 silam.
Namun, dari tribunnews.com yang mewawancarai Dwi Kemala, Kabag Humas Bupati Serdang Bedagai mengatakan bahwa Istana Darul Arif dibakar karena kala itu Kesultanan Negeri Serdang tidak mau tunduk kepada Belanda.
Bangunan yang meniru konsep desain Istana Darul Arif ini tak hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Tetapi Disbudparpora Sergei mengizinkan para wisatawan untuk datang berkunjung dan melihat-lihat replika tersebut secara langsung.
Di depan lokasi Istana Darul Arif, sering juga dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan event budaya maupun pariwisata. Ya, lapangan hijau dan taman yang ada di komplek ini memang sangat luas sehingga mampu menampung ratusan pengunjung.
Berkunjung ke Istana Darul Arif yang menjadi salah satu objek wisata peninggalan Kesultanan Serdang ini tidaklah dipungut biaya sehingga dapat dinikmati secara gratis. Saat ini, para pengunjung didominasi oleh pelajar yang ingin mencari tahu seluk-beluk istana dan sejarah terkait kesultanan Serdang sendiri.
Kerajaan ini semakin terkenal tatkala Sultan ke-3, yakni Thaf Sinar Basyar Shah, anak dari Sultan Sultan Ainan Johan Alamsyah menjabat. Dalam kurun waktu kepemimpinannya, Kesultanan Serdang disegani oleh banyak kerajaan baik yang ada di Indonesia maupun luar negeri.
Kekuasaan kesultanan mulai berubah paska kemerdekaan Indonesia. Kala itu, Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah resmi menyatu dan melebur dengan Indonesia. Tepatnya pada tahun 1946 setelah utusan kesultanan berembuk dengan pihak TRI.
Melebur bukan berarti Kesultanan Serdang hilang begitu saja. Hingga sekarang, kesultanan di Kabupaten Serdang Bedagai ini tetap bertahan meskipun perannya tidak sama seperti dahulu lagi. Sejak tahun 2001 sampai sekarang, Tuanku Luckman Sinar Baharshah II berperan sebagai raja/sultan.
istana darul arif dapat dikunjungi di jalan jalinsum, perbaungan, serdang bedagai |
Namun banyak yang salah kaprah mengenai Istana Darul Arif Serdang Bedagai, hanya sedikit orang yang mengetahui jika bangunan berbentuk rumah panggung dan berwarna kuning tersebut bukanlah bangunan yang asli, tetapi hanya replika istana Kesultanan Serdang semata.
Istana Darul Arif Dulu dan Sekarang
Sayangnya, tidak banyak benda peninggalan terkait sejarah Kesultanan Negeri Serdang yang terselamatkan. Hanya tersisa Masjid Sulaimaniyah di Perbaungan, makam kesultanan, kawasan simpang tiga dan dua buah kolam ikan.Bahkan, Istana Darul Arif yang orisinil pun tak lagi bisa dinikmati. Namun, dikutip dari beberapa sejarawan Sumatera Utara, mereka menggambarkan bahwa istana yang dulunya terletak di komplek Kraton Kota Galuh sebagai rumah dengan segala kemegahan.
Bila diamati dari hasil gambar tempo dulu, terlihat sekali jika Istana ini dibangun sebagaimana laiknya corak rumah adat Melayu. Memiliki desain rumah panggung dan terdiri dari 3 lantai. Selain arsitekur khasnya itu, istana juga punya jendela berukuran besar, berinterior kuno dan memiliki atap berbentuk semi kubah.
istana kesultanan serdang - image via mira sinar |
Dilansir dari kebudayaankesenianindonesia disebutkan hancurnya istana yang dibangun pada 29 Juli 1889 oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah tersebut masih ada hubungannya dengan gerakan Revolusi Sosial Sumatera Timur yang terjadi pada tahun 1946 silam.
Namun, dari tribunnews.com yang mewawancarai Dwi Kemala, Kabag Humas Bupati Serdang Bedagai mengatakan bahwa Istana Darul Arif dibakar karena kala itu Kesultanan Negeri Serdang tidak mau tunduk kepada Belanda.
Dibuka Untuk Wisatawan
Dibangunnya replika Istana Serdang yang dapat dijumpai di Komplek Kantor Dinas Pariwisata dan Olahraga Kab. Serdang Bedagai ini tak lepas dari inisiasi Sultan Allahyarham Tuanku Luckman Sinar Basarbah II. Adapun tujuannya agar generasi muda dan penikmat sejarah bisa melihat salah satu istana melayu tempo dulu meski zaman sudah berubah.bagian dalam istana - image via mira sinar |
Di depan lokasi Istana Darul Arif, sering juga dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan event budaya maupun pariwisata. Ya, lapangan hijau dan taman yang ada di komplek ini memang sangat luas sehingga mampu menampung ratusan pengunjung.
Berkunjung ke Istana Darul Arif yang menjadi salah satu objek wisata peninggalan Kesultanan Serdang ini tidaklah dipungut biaya sehingga dapat dinikmati secara gratis. Saat ini, para pengunjung didominasi oleh pelajar yang ingin mencari tahu seluk-beluk istana dan sejarah terkait kesultanan Serdang sendiri.
Sejarah Ringkas Kesultanan Serdang
Dilansir dari kumparan.com Kesultanan ini mulai berdiri sejak tahun 1632 setelah terjadi perebutan kekuasaan yang muncul di tengah keluarga Kesultanan Deli. Adapun pimpinan pertamanya ialah Tuanku Umar Johan Alam Shah yang mulai menjabat pada 1723.Kerajaan ini semakin terkenal tatkala Sultan ke-3, yakni Thaf Sinar Basyar Shah, anak dari Sultan Sultan Ainan Johan Alamsyah menjabat. Dalam kurun waktu kepemimpinannya, Kesultanan Serdang disegani oleh banyak kerajaan baik yang ada di Indonesia maupun luar negeri.
Kekuasaan kesultanan mulai berubah paska kemerdekaan Indonesia. Kala itu, Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah resmi menyatu dan melebur dengan Indonesia. Tepatnya pada tahun 1946 setelah utusan kesultanan berembuk dengan pihak TRI.
Melebur bukan berarti Kesultanan Serdang hilang begitu saja. Hingga sekarang, kesultanan di Kabupaten Serdang Bedagai ini tetap bertahan meskipun perannya tidak sama seperti dahulu lagi. Sejak tahun 2001 sampai sekarang, Tuanku Luckman Sinar Baharshah II berperan sebagai raja/sultan.