Widget HTML Atas

Halua Kuliner Melayu Nan Menggoda Selera

TravelingMedan/TMC - Kuliner Melayu nan menggoda selera yang satu ini bernama Halua, kerap disajikan di setiap acara adat maupun di hari-hari besar keagamaan seperti hari Raya Idul Fitri. Tidak banyak yang tahu bahwa makanan ini memiliki nilai tersendiri dalam lingkup kebudayaan Melayu. Sentra kuliner khas Melayu ini dapat anda temukan di berberapa kabupaten di Sumatera Utara yang di diami oleh suku Melayu seperti di kabupaten Tebing Tinggi, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Kota Medan, Langkat, kabupaten Batubara dan di beberapa kabupaten lainnya.


Halua terbuat dari berbagai jenis buahan, artinya campuran dari bermacam-macam buah yang diolah dengan cara khusus. Buah yang biasa digunakan sebagai bahan Halua adalah buah Pepaya, Wortel, Cabe, Kolang Kaling, Labu, dll.

Proses pembuatannya cukup membutuhkan kesabaran, setelah buah tersebut di bersihkan dengan air kemudian ditaburi gula. Selanjutnya adalah mengendapkan makanan tersebut hingga beberapa hari untuk mendapatkan proses fermentasi.

Setelah dirasa cukup, Halua kemudian dapat disantap. Rasanya manis-manis agak keasaman dan ciri khas dari buah asalnya masih cukup terasa. Proses fermentasi atau pengendapan tersebut ternyata mampu mempertahankan aroma dan rasa dari buah itu sendiri. Oleh karena itu pula peminat buah Halua tidak hanya sebatas bagi masyarakat Melayu saja. Halua kini semakin digemari oleh masyarakat dari luar seperti Aceh.


Manisan Halua memiliki harga yang cukup fantastis, tidak tanggung-tanggung ternyata taksiran harga Halua perkilonya mulai dari Rp. 70.000 - Rp.120.000. Dan sedihnya lagi adalah, makanan khas Melayu ini hanya dapat anda cicipi bila hari besar tiba. Kata Halua berasal dari bahasa Arab yang berarti manisan, yap... semanis senyum di setiap bibir yang tersungging bila menikmati Halua. Salam Peduli Pariwisata Sumut (Text: Antonius Naibaho Foto: Tebingtinggi )