Widget HTML Atas

7 Cerita Rakyat dari Sumatera Utara yang Paling Legendaris

cerita rakyat dari sumatera utara
Berbicara tentang cerita rakyat, tidak akan terpisah dari mitos atau legenda terkait keberadaan suatu tempat atau kebudayaan. Cerita rakyat menjadi salah satu kekayaan akan keberagaman budaya serta cerita dari Indonesia. Setiap daerah memiliki cerita rakyat yang kisahnya cukup menarik dan memberikan nilai-nilai moral yang sarat akan makna.

Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di pulau Sumatera, Indonesia, juga memiliki berbagai cerita rakyat menarik yang datang dari suku Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing dan berbagai etnis lainnya yang tinggal dan hidup di setiap kabupaten di provinsi tersebut.

Legenda tersebut, ada yang mengkisahkan tentang terjadinya suatu obyek/tempat dan ada pula mengenai asal mula terbentuknya suatu marga. Masing-masing cerita itu tentu menyiratkan pesan moral, nasihat dan kebaikan bagi para pembaca.

Untuk melestarikannya, tim pariwisatasumut.net berupaya untuk mengumpulkan cerita rakyat terbaik dari Sumatera Utara.

1. Terjadinya Danau Toba dan Pulau Samosir

Cerita rakyat dari masyarakat suku Batak ini berkisah tentang keberadaan seorang pemuda bernama Toba yang kemudian menikah dengan seorang putri dari khayangan. Toba akhirnya memiliki anak dan diberi nama Samosir. Pada suatu ketika, Samosir diminta oleh ibunya untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya di ladang.

Di perjalanan, Samosir merasa lapar dan memakan titipan ibunya hingga habis dan tersisa tulang saja. Mengetahui hal tersebut, Toba marah dan memakinya anaknya dengan sebutan ikan. Ibunya yang melihat Samosir menangis akhirnya murka karena Toba melanggar perjanjian. Wanita tersebut kemudian  memutuskan untuk kembali ke khayangan.

Toba meminta maaf namun tak digubris sama sekali. Selepas kepergian wanita itu, tiba-tiba hujan turun begitu lebat sehingga terbentuklah danau terbesar di Asia Tenggara yang kelak diberi nama Danau Toba dengan sebuah pulau ditengahnya dan diberi nama Pulau Samosir.

2. Legenda Lubuk Emas dari Nias

Alkisah di Teluk Dalam (Nias Selatan) seorang raja bernama Simangolong mempunyai seorang putri bernama Sri Padan. Ia bak gadis sempurna, diwariskan wajah rupawan, giat bekerja dan tak segan turun tangan membantu orang di sekitarnya.

Keanggunan Sri Pandan tak hanya memikat pemuda Nias. Namun, tak sedikit keturunan raja terang-terangan menyatakan keinginan mereka untuk menikahi Sri Padan. Suatu ketika, Kerajaan Aceh menjatuhkan lamaran. Rasa bahagia menyelimuti Raja Simangolong.

Ketika memberi tahu sang putri, Sri Pandan justru menangis tersedu-sedan. Dalam isaknya, Sri Pandan akhirnya jujur dan mengakui jika ia telah menjalin hubungan dengan Hobatan, pria yang selama ini merupakan pembantu Simangolong.

Bulat sudah tekad Sri Pandan, ia mengajak Hobatan pergi meninggalkan kerajaan. Sayang, justru penolakan yang diberikan lelaki yang ia cintai itu. Sakit hati, ia pun berkemas sendiri dan meninggalkan kerajaan. Tujuannya satu, yaitu ke sebuah aliran sungai bernama Lubuk Asahan.

Dengan lantang, Sri Pandan bersumpah jika tak akan ada lagi wanita cantik di Teluk Dalam, ia pun menerjunkan diri bersama emas dan pakaian yang ia kemas dari dari kerajaan. Hilangnya sang putri membuat gempar. Hobatan pun angkat suara dan menyebut jika Sri Pandan telah melarikan diri dan terjun ke sungai yang kini diberi nama Lubuk Emas.

3. Cerita Terjadinya Lau Kawar

Lau Kawar merupakan danau di kaki Gunung Sinabung. Di balik keindahannya, terdapat asal mula terjadinya Danau Lau Kawar yang tak banyak orang ketahui. Berikut ceritanya:

Lembah hijau dan subur di sudut Naman Teran menjadi tempat tinggal bagi Kawar. Di sana, ia tinggal bersama istri, anak dan juga ibu kandungnya. Semula, tak ada yang berbeda dengan keluarga itu, hingga terjadilah murka dari si ibu.

Hal itu bermula ketika Kawar dan keluarganya akan menanami padi di ladang. Si ibu yang renta dan sudah tua tak bisa ikut. Menjelang siang, Kawar pun menyuruh anaknya untuk mengantarkan makanan kepada sang nenek. Sayang, cucu dari ibu Kawar malah menghabiskan makanan itu di jalan hingga menyisakan tulang.

Si cucu pun memberikan makanan itu kepada sang nenek. Alangkah terkejutnya ia tatkala membuka pemberian sang cucu, hanya ada tulang sisa makanan. Merasa anaknya telah durhaka, nenek tersebut pun bersumpah, tanah di sekitar desa itu pun terangkat dan menenggelamkan seisi kampung.

4. Cerita Nantampuk Emmas

Cerita rakyat dari Pakpak Dairi ini juga memiliki nilai moral yang bagus. Agar para pembaca menghindari sikap tidak menghargai, berdusta dan mau menang sendiri. Nah berikut cerita tentang Nantampuk Emmas dan Batu Kerbo.

Nantampuk Mas adalah seorang gadis menawan keturunan marga Angkat. Pesonanya yang begitu memikat membuat pemuda marga Saraan terpikat. Usai proses lamaran adat, terbersitlah salah satu syarat ganjil dari keluarga Angkat dimana keluarga Saraan tidak boleh membiarkan Nantampuk Mas berjalan kaki menuju rumah mertuanya. Syarat itu pun dipenuhi, Nantampuk Mas ditandu oleh keluarga mempelai tanpa rasa curiga.

Hari berganti minggu, Nantampuk Mas tak kunjung keluar dari bilik. Rasa penasaran yang menyergap membuat keluarga Saraan memutuskan untuk melihat kondisinya. Terkejutlah mereka usai mengetahui jika perempuan itu tak bisa berjalan.

Meski demikian, marga Saraan tetap pada pendirian dan memperistri putri Angkat itu. Lain pula dengan keluarganya yang tak terima dan menganggap jika ia hanyalah beban baru di tengah keluarga. Merasa tak tahan, Nantampuk Mas pun melarikan diri ke lebbuh (kampung).

Singkat cerita, marga Angkat meminta Saraan menyediakan 7 kerbau sebagai ucapan maaf karena telah mempermalukan mereka. Tetapi, permintaan itu tak kunjung dipenuhi hingga suatu ketika, marga Angkat hendak mengadakan suatu pesta besar.

Sempat terjadi cekcok lantaran Saraan menganggap 7 kerbau itu sudah impas karena Nantampuk Mas sudah diterima kembali oleh keluarga Saraan. Tetapi karena takut, mereka akhirnya tetap memberikan 1 kerbau. Keanehan mulai terjadi disaat kerbau itu dibawa, seketika terjadi guntur dan membuat kerbau itu berubah menjadi batu. Sayup-sayup, terdengar suara empung (nenek moyang, mahluk tak kasat) yang mengatakan kalau kerbau itu adalah simbol perdamaian karena pertikaian kedua keluarga tersebut.

5. Anehnya Batu yang Menggantung

Obyek wisata di Parapat yang satu ini cukup fenomenal dimana jika Anda akan menelusuri panorama Danau Toba maka akan melihat sebuah batu menggantung di tepian kota Parapat dengan bentuk menyerupai manusia.

Tak jauh berbeda dengan Lubuk Mas, cerita ini pun alurnya hampir sama persis tetang perjodohan sepihak. Selengkapnya, silahkan baca pada artikel tersendiri yang sudah pariwisatasumut.net buat secara khusus: Legenda Terjadinya Batu Gantung

6. Cerita Rakyat dari Humbang Hasundutan

Dikenal juga dengan sebutan Humbahas, tanah Batak ini pun memiliki banyak legenda. Salah satunya berisikan tentang awal mula terbentuknya 2 buah danau yang berasal dari pertikaian antara sesama keluarga.

Pesan moralnya cukup bagus, mengajak setiap orang yang mendengar kisah tersebut tak mempertahankan ego dan menahan sikap rakus serta keinginan pribadi secara berlebihan. Detailnya, dapat dilihat pada postingan berikut: Cerita Tao Silosung dan Si Pinggan

7. Kisah Sigale-gale yang Mengharukan

Gerak tarian Sigale-gale bisa saja membuat penonton tertawa. Bagaimana tidak, atraksi wisata dimana patung menari terlihat menggemaskan dan lucu. Padahal, ada cerita rakyat dari Samosir yang mengiringi munculnya patung Sigale-gale.

Konon, seorang raja yang masih merasa sangat kehilangan putranya meminta pandai pahat untuk membuatkan patung persis seperti anaknya, Manggalae. Agar dapat bergerak layaknya manusia, maka dimintalah Sibaso memberikan kehidupan bagi patung itu. 
Kebiasaan itu terus berlanjut hingga bertahun-tahun, setiap kali ada anggota keluarga harajaon yang pergi. Maka dibuatlah Sigale-Gale, si patung 'lemah gemulai' yang bisa menari.

Ada banyak legenda yang sarat akan nilai-nilai kehidupan namun tentu saja kisah-kisah tersebut akan jauh lebih baik bila terus menerus diceritakan kepada anak cucu kita kelak sehingga dapat dilestarikan dan tidak hilang di telan zaman.