Widget HTML Atas

Barus, Kota "Aulia 44" dan Islam Pertama Nusantara

Barus dan Islam adalah dua kata yang tak dapat dipisahkan, kota kecil di Kabupaten Tapanuli Tengah ini telah menjadi saksi masuknya agama Islam di Nusantara sejak ribuan tahun silam lewat Samudera Hindia. Hingga pada 2017 lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan Tugu Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara di Pasar Batu Gerigis.

Nama Barus sudah populer di zaman masehi berkat komoditas kamper (barus), para pedagang dari berbagai negara seperti Cina, Tamil (India), Arab, dll. Sebab itu pula jalur perdagangan di Barus berkembang cukup pesat dan memberi dampak terhadap munculnya masyarakat "multietnis" yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik.


Barus, Pintu Masuk Islam Pertama Nusantara

Keberadaan Islam Nusantara melalui Barus diperkirakan menyebar lewat jalur perdagangan yang dibawa oleh pedagang Arab. Terdapat beberapa bukti otentik seperti temuan Makam Syekh Rukunuddin di komplek Makam Mahligai yang diperkirakan wafat pada 672 masehi atau 48 hijriah.

baca artikel menarik lainnnya:
Jadwal Lengkap Penyeberangan Kapal Ferry di Danau Toba
Inilah 7 dari 33 Pulau di Tapanuli Tengah

Hasil riset yang dipaparkan oleh Hasan Muarif Ambary, Arkeolog dari Universitas Airlangga di atas juga diperkuat dengan temuan makam bersejarah 44 Aulia atau dikenal juga dengan sebutan Nisan 44. Nisan-nisan penyebar agama Islam ini ditulis dengan huruf Persia dan Arab.

Dalam hasil riset tersebut, Syekh Mahmud tercatat sebagai penyebar agama Islam pertama di Barus yang makamnya terletak di Papan Tinggi.


Barus dalam Catatan Sejarah Dunia

"Lobu Tua Sejarah Awah Barus", sebuah catatan penting oleh Claude Gulliot, peneliti asal Prancis menyebut bahwa Barus dikenal sebagai Fansur (Arab). Ada juga Claudius Ptolemaeus, sejarawan asal Yunani, sosok yang juga ahli geografi ini menyebut Barousai sebagai 5 pulau pada abad 1 Masehi. Kitab Nagarakretagama karya Mpu Tantular juga menuliskan nama Barus, pada kitab tersebut, Barus merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Dalam sejarah Dinasi lang, dari berbagai sumber Tiongkok secara berulang-ulang mencatat bahwa Barus sebagai wilayah perdagangan di Nusantara.

Destinasi Wisata Religi di Barus

Makam Syekh Mahmud di Papan Tinggi menjadi salah satu tempat yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah untuk berziarah. Para pengunjung yang datang ke Makam Syekh Mahmud di Desa Penanggahan ini sebelumnya membersihkan diri di pancuran yang terletak di kaki bukit dan kemudian melanjutkan perjalanan sepanjang 145 meter atau 710 anak tangga.


 
Makam Mahligai, terletak di Desa Aek Dakka dan lokasinya berdekatan dengan Makam Papan Tinggi. Di tempat ini terdapat makam ulama dan pengikut Syech Mahmud seperti Syech Ilyas, Syech Samsuddin, Syech Zainal Abidin, Syech Imam Kotil Muazamsyah Biktibai dan lainnya.

Selain itu ada juga beberapa makam lainnya di Barus seperti Makam Tuan Ibrahim di Desa Patu Pangan yang merupakan raja pertama di Barus. Makam Tuan Ambar di Pananggahan. Ada juga Makam Tuan Syech Magdum yang berada di Desa Bukit Patu Pangan.

Terbaru, objek wisata Tugu Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara yang letaknya berada di Batu Gerigis, dekat dengan kawasan pantai Tapanuli Tengah. (Th.E/PSN).