7 Fakta Istana Tunggang Bosar dan Kesultanan Dhasa Nawalu
Istana Tunggang Bosar adalah rumah kediaman resmi Kesultanan Dhasa Nawalu yang dalam bahasa Angkola berarti "Delapan Arah Mata Angin". Istana yang berada di Desa Janji Mauli tersebut resmi digunakan sejak tahun 2008.
Dibandingkan istana yang ada di Sumatera Utara seperti Maimun Palace dan Istana Niat Lima Laras, komplek Istana Tunggang Bosar justru tidak terlalu banyak diketahui publik, kecuali oleh masyarakat lokal Tabagsel sendiri.
Pendiri dari Istana Tunggang Bosar adalah Sultan Baharuddin Harahap yang merupakan keturunan marga Harahap dan berasal dari silsilah keluarga Ompu Toga Langit, dahulunya seorang raja luat di Tanah Angkola.
Awal dibangunnya istana tersebut bermula dari pertemuan besar seluruh raja di Tapanuli bagian Selatan tahun 2007. Dari hasil pertemuan tersebut, maka diputuskanlah untuk membangun kesultanan baru di Sumatera Utara bernama Kesultanan Dhasa Nawalu dengan raja pertama Daulat Tuanku Sultan Haji Baharuddin Harahap.
Satu tahun setelahnya, komplek istana pun rampung dikerjakan. Peresmian tempat kediaman Sultan Dhasa Nawalu itu dilangsungkan pada tanggal 5 Juni 2008 yang dihadiri oleh sederet tamu undangan ternama.
Istana dengan 2 lantai ini memuat arsitektur bercorak Angkola dan Melayu. Namun, lebih mendekati desain rumah adat Bagas Godang. 8 Pilar bangunan berwarna kuning yang menopang bagian atap istana dibuat tinggi. Pada bagian atap gedung, terdapat 3 buah kubah bergaya klasik.
Secara keseluruhan, arsitektur gedung Istana Tunggang Bosar yang diberi sentuhan warna hijau tua ini menyajikan paduan desain lokal dengan gaya modern.
Di istana Kesultanan Dhasa Nawalu yang berdiri di atas tanah seluas 2 hektar persegi ini akan dijumpai 20 ruangan, tersebar di lantai satu dan dua. Keindahan interior di masing-masing ruangan istana tampak megah dan menawan.
Sama seperti istana di Indonesia pada umumnya, pun di Istana Alang ulu, setiap ruangan mempunyai fungi berbeda. Meliputi taman, ruang induk, halaman, sayap kiri/kanan, ruang tamu, ruang istirahat, koleksi etnografi dan juga ruang keluarga.
Komplek istana ini tidak selalu dibuka untuk kunjungan publik. Hanya pada waktu tertentu saja, seperti ketika istana sedang mengadakan acara atau ruangan Bagas Godang sedang dipakai untuk hajatan.
Sebagai langkah awal, sistem Dalihan Na Tolu versi Angkola (kahanggi, mora, anak boru) sangat dijunjung tinggi di kesultanan ini. Istana Alang Ulu yang berada di bawah kaki gunung ini juga menjadi wadah bagi kawula muda untuk mengenali budaya lokal.
Istana yang dibangun dengan anggaran dana pribadi ini menjadi gambaran sekaligus lambang keberadaan Kesultanan Dhasa Nawalu beserta raja-raja yang ada di Tapanuli Selatan.
Jangan lupakan hubungan antara Kesultanan Dhasa Nawalu dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tercatat fakta bahwa permainsuri dari Datuk Baharuddin Harahap merupakan cucu dari kerajaan di Yogyakarta, Hamengkubuwana IX.
Dari Padangsidempuan, akses ke istana tersebut sekitar 14,4 kilometer, dapat dicapai dengan perjalanan selama 21 menit melalui Jalinsum Pasid - Bukittinggi. Jika sedang berlibur dan menikmati wisata Padangsidempuan kalian bisa singgah sejenak.
Dibandingkan istana yang ada di Sumatera Utara seperti Maimun Palace dan Istana Niat Lima Laras, komplek Istana Tunggang Bosar justru tidak terlalu banyak diketahui publik, kecuali oleh masyarakat lokal Tabagsel sendiri.
Istana Tunggang Bosar dan Kesultanan Dhasa Nawalu
Nah, bagi kalian yang selama ini belum tahu soal Istana Tunggang Bosar atau sering juga disebut Istana Alang Ulu serta asal-usul Kesultanan Dhasa Nawalu yang sekarang dipimpin oleh keturunan Marga Harahap, tim Pariwisata Sumut telah mengumpulkan 7 fakta-faktanya.1. Sejarah Istana Tunggang Bosar
istana tunggang bosar - image via nicky khairoh ritonga/facebook |
Awal dibangunnya istana tersebut bermula dari pertemuan besar seluruh raja di Tapanuli bagian Selatan tahun 2007. Dari hasil pertemuan tersebut, maka diputuskanlah untuk membangun kesultanan baru di Sumatera Utara bernama Kesultanan Dhasa Nawalu dengan raja pertama Daulat Tuanku Sultan Haji Baharuddin Harahap.
Satu tahun setelahnya, komplek istana pun rampung dikerjakan. Peresmian tempat kediaman Sultan Dhasa Nawalu itu dilangsungkan pada tanggal 5 Juni 2008 yang dihadiri oleh sederet tamu undangan ternama.
2. Mempunyai Arsitektur Khas
Tatkala melangkah ke pintu masuk utama, sisi kiri dan kanan gerbang dihiasi oleh dua patung berwujud gajah. Ornamen gerbang itu terlihat khas, berbentuk undakan, terdiri dari 5 tingkat dan dilengkapi 5 buah kubah berukuran kecil.Istana dengan 2 lantai ini memuat arsitektur bercorak Angkola dan Melayu. Namun, lebih mendekati desain rumah adat Bagas Godang. 8 Pilar bangunan berwarna kuning yang menopang bagian atap istana dibuat tinggi. Pada bagian atap gedung, terdapat 3 buah kubah bergaya klasik.
Secara keseluruhan, arsitektur gedung Istana Tunggang Bosar yang diberi sentuhan warna hijau tua ini menyajikan paduan desain lokal dengan gaya modern.
3. Terdapat Beberapa Ruangan
ruangan di istana kesultanan dhasa nawalu - image via unty elwe ray |
Sama seperti istana di Indonesia pada umumnya, pun di Istana Alang ulu, setiap ruangan mempunyai fungi berbeda. Meliputi taman, ruang induk, halaman, sayap kiri/kanan, ruang tamu, ruang istirahat, koleksi etnografi dan juga ruang keluarga.
Komplek istana ini tidak selalu dibuka untuk kunjungan publik. Hanya pada waktu tertentu saja, seperti ketika istana sedang mengadakan acara atau ruangan Bagas Godang sedang dipakai untuk hajatan.
4. Memiliki Fungi Ganda
Destinasi di Tapanuli Selatan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal keturunan kesultanan. Lebih dari itu, kehadiran istana diharapkan bisa menjadi ruang bagi keturunan Angkola dalam hal pelestarian budaya dan adat-istiadat.Sebagai langkah awal, sistem Dalihan Na Tolu versi Angkola (kahanggi, mora, anak boru) sangat dijunjung tinggi di kesultanan ini. Istana Alang Ulu yang berada di bawah kaki gunung ini juga menjadi wadah bagi kawula muda untuk mengenali budaya lokal.
5. Mencerminkan Kesultanan Dhasa Nawalu
istana kalang ulu - image via tunas siregar |
Baca Juga: 7 Hotel di Kota Padang SidempuanKendati demikian, bukan berarti Istana Kalang Ulu menyimbolkan kekuasaan, tapi istana lebih erat kaitannya dengan eksitensi suku etnis Angkola beserta kultur yang mereka miliki. Sehingga jalinan kekeluargaan lebih mendominasi.
6. Pernah Dikunjungi Tamu-tamu Terhormat
Sudah tidak terhitung tamu terhormat yang pernah mengunjungi Istana Tunggal Bosar. Bahkan beberapa diantaranya datang dari kerjaan negeri seberang, seperti Kesultanan Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand dan kerajaan se-NusantaraJangan lupakan hubungan antara Kesultanan Dhasa Nawalu dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tercatat fakta bahwa permainsuri dari Datuk Baharuddin Harahap merupakan cucu dari kerajaan di Yogyakarta, Hamengkubuwana IX.
7. Lokasi
Lokasi Istana Tunggang Bosar berada di Komplek Kesultanan Dasa Nawalu tepatnya di Desa Janji Mauli, Muaratais I, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Tak jauh dari Pondok Pesantren Modern Baharuddin.Dari Padangsidempuan, akses ke istana tersebut sekitar 14,4 kilometer, dapat dicapai dengan perjalanan selama 21 menit melalui Jalinsum Pasid - Bukittinggi. Jika sedang berlibur dan menikmati wisata Padangsidempuan kalian bisa singgah sejenak.