Widget HTML Atas

Pariwisata Berkelanjutan - Defensi, Indikator dan Contoh

Di era pariwisata global, 3 urutan kata: 'Travel, enjoy, respect' yang memiliki kaitan erat dengan istilah Pariwisata Berkelanjutan atau Sustainable Tourism semakin sering digaungkan. Konsep pengembangan industri ini sebenarnya bukanlah trend baru, tetapi sudah muncul sejak tahun 1987 silam.

pariwisata berkelanjutan

Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism)

Sebagai sektor ekonomi, program pembangunan pariwisata yang berkelanjutan bertujuan untuk menopang dampak dari mass tourism dan menciptakan industri wisata yang lebih bertanggung jawab.

Sustainable tourism kini banyak dilirik oleh pelaku, hal tersebut tidak lepas dari gencarnya isu global yang menjadi pembahasan di berbagai negara dan lembaga kepariwisataan.

1. Sejarah

Sejarah sustainable dimulai sejak 1798 ketika Thomas Robert Malthus mengungkapkan kekhawatirannya terhadap populasi penduduk yang mengakibatkan kekurangan lahan di negaranya. Isu ini kembali berkembang setelah publikasi ilmiah 'The Limit to Growth' (1972) muncul hingga akhirnya, terbit buku 'Our Common Future' oleh WCED (1987) yang dijadikan sebagai tonggak sejarah pembangunan ekonomi di segala bidang yang diharapkan memiliki sisi pembangunan berkelanjutan dan memberi sumbang-asih terhadap keberlangsungan sumber daya di masa mendatang.

2. Defenisi

Pengertian pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism terdiri dari beberapa poin penting. Namun, konsep ini dapat disimpulkan sebagai pengembangan yang bertanggung-jawab (responsible tourism) baik terhadap lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi agar dapat terus terjaga dengan cara melibatkan peran wisatawan, stake holder serta masyarakat lokal.

3. Indikator dan Aspek

Adapun 3 poin penting sekaligus menjadi dasar indikator pariwisata berkelanjutan meliputi 3 aspek yakni:

#1. Lingkungan
Diharapkan ikut andil dalam melestarian alam (ekologi) dalam jangka panjang seperti pembangunan akomodasi hotel dan restoran yang lebih memperhatikan sederet aspek yang terintegrasi.

#2. Sosial Budaya
Setiap wisatawan diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri dengan kultur di suatu destinasi wisata agar budaya dan kearifan lokal tidak tergerus. Selain itu, aspek ini juga bisa menjadi cara bagi wisatawan untuk lebih aktif berinteraksi dan mengenal warisan budaya yang dimiliki oleh penduduk.

#3. Ekonomi
Memastikan masyarakat lokal ikut merasakan impact, seperti terbukanya peluang kerja dan kesempatan mendirikan usaha yang menyokong industri pariwisata dan ekonomi kreatif misalnya toko cinderamata atau kerajinan tangan.

Baca Juga: Hotel di Balige dan Tobasa

Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Sustainable tourism di Indonesia sudah berjalan cukup lama dan diaplikasikan oleh banyak stakeholder pariwisata. Kemenpar misalnya yang telah mengagas terobosan program pendampingan destinasi melalui Sustainable Tourism Ovservatory (STO). Hal ini berkaitan dengan Peraturan Menteri No 14 Tahun 2016 yang membahas tentang pedoman penerapan Sustainable Tourism for Development (STDev) di Indonesia.

Baca Juga: Apa Itu Wisata Halal?

Hingga saat ini, ada 2 daerah tujuan wisata (DTW) di Indonesia yang paling sukses mengadopsi konsep pariwisata berkelanjutan dan dapat dijadikan sebagai percontohan yakni Desa Wisata Pulesari dan Desa Ekowisata Pancoh yang berada di Wono Kerto, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Contoh lainnya adalah Jaringan Ekowisata Desa (JED) Bali yang berada di 4 desa yakni Desa Sibetan, Plaga, Nusa dan Tenganan yang sudah mengembangkan konsep serupa sejak tahun 2000 demi mempertahankan keberlangsungan budaya dan melestarikan lingkungan alam. (AN/PSN)